Hope Read Count : 74

Category : Diary/Journal

Sub Category : N/A
Januari 17, 2018


Langit malam ini begitu gelap, mataku menarawang jauh dikegelapan malam, tidak ada bintang yang terlihat. Aku mengeratkan jaket ditubuhku, menikmati panorama malam dan membiarkan angin dingin mengehembus tubuhku. Aku mencoba merenungkan hal yang terjadi hari ini. Waktu bergerak begitu cepat, namun ku masih terdiam. Tidak banyak hal yang aku lakukan.

Lingkaran hidup terlalui tiap harinya. Bila kutulis pada sebuah buku berapa lembarkah yang akan kuperoleh dari coretan penaku.

Pernahkah kau memikirkannya?

Apa saja yang telah kau lakukan dengan berlalunya waktu?

Keinginanmu.....
sudahkah, kau mencapainya?

dan...



Berapa banyak kesempatan yang kau lewatkan?

Tak peduli belahan dunia mana yang kau tempati. Bukankah kita memiliki waktu yang sama, yaah 24 jam. Kita memiliki peluang yang sama bukan?

Apa kau masih berpikir kesempatan hanya datang satu kali?

Jika demikian, haruskah aku menyerah bila kesempatan pertamaku gagal?

Aku menghela napas dengan keras, dan memejamkan mata sejenak untuk menenangkan pikiranku. Terpaan angin menyelisik bulu mataku membuatku enggan untuk membuka mata dan mulai menyamankan diri.

Aku terseyum mengingat masa remajaku. Sebuah fase dimana aku memiliki banyak ekapresi. Terbayang bagaimana aku bersendau gurau dengan kawan-kawan ku dulu. Kami menghabiskan banyak waktu bersama, entah itu belajar, saling berdebat atau melakukan hal yang konyol. Fase dimana aku tidak merasakan beban yang begitu menyesakan dada. Meskipun begitu, aku menerima semua perasaan yang becampur aduk di dadaku. Perasaan takutku, kegelisahan, amarah, keraguan. Aku bersyukur berhasil melewatinya sampai hari ini. Meski tak semua berjalan sesuai keinginan, aku menikmati setiap momen yang berjalan dihidupku.

Sekali lagi, angin dingin menerpa tubuhku. Aku mulai terusik dan membuka mata dengan enggan. Langit malam terlihat semakin gelap dari biasanya. Aku beranjak dari bench taman dan berjalan cepat ketika merasakan rintikan hujan. Aku harus segera sampai dirumah sebelum rintikan hujan ini semakin deras, pikirku.

Tanpa sadar aku tertawa, orang yang melihat pasti memandang aneh diriku, namunku tak peduli, aku meneruskan langkahku dan berlalu dengan cepat. 

Hari ini aku belajar dari kegagalanku dalam test seleksi wawancara sebuah perusahaan yang sangat kuidamkan. Tak terasa aku menitikan air mataku, dengan cepat aku menghapusnya dan mencoba tersenyum. Ini belum berakhir.

Aku tidak akan menyerah..

Bahkan bila pintu satu tertutup aku optimis akan ada ribuan pintu yang akan terbuka untuku. 

Aku tidak akan mengalah dari rasa lelahku untuk mendapatkan hidup yang lebih baik.

😊😊




    

Comments

  • No Comments
Log Out?

Are you sure you want to log out?